LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOORDINASI PEMBUATAN SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA

PEMBUATAN SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA

I.               TUJUAN
Mempelajari pembuatan senyawa kompleks ligan tiosianato dengan inti ganda Co dan Hg.

II.            LATAR BELAKANG
Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks secara umum dapat didefinsikan sebagai senyawa yang tersusun atas atom pusat atau ion pusat dan ligan-ligan yang mengelilinginya dalam bentuk geometri tertentu. Senyawa kompleks apabila senyawa bermuatan listrik disebut juga sebagai ion kompleks. Atom atau ion pusat biasanya berupa atom-atom atau ion-ion dari logam transisi (Saputro,2015). Senyawa-senyawa kompleks yang penting dan biasa ditemui yaitu berupa hasil-hasil alam, industri kimia anorganik, senyawa untuk kepentingan analisis katalisator, dan bahan sehari-hari.

III.         TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang ligan-ligannya membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan suatu ion atau atom pusat. Teori ikatan dalam senyawa-senyawa kompleks mula-mula diperkenalkan oleh Lewis Sidwich. Teori ini digagalkan karena tidak dapat menjelaskan bentuk geometri senyawa-senyawa kompleks. Tiga teori kemudian muncul, salah satunya yaitu teori Medan Ligan (Arsyad,2001). Teori medan ligan menjelaskan pembentukkan kompleks atas dasar elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan terkoordinasi di sekeliling bulatan sebellah dalam dari atom pusat. Medan ligan menyebabkan pengurangan tingkat energi orbital-orbital di atom pusat yang kemudian menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks itu (Vogel,1990).
Senyawa koordinasi terbentuk dari reaksi antara asam lewis (yang dapat berupa atom logam atau ion logam) dengan basa lewis (yang merupakan ligan netral atau ligan negative). Atom logam atau ion logam dalam senyawa kompleks berfungsi sebagai atom pusat yang dikelilingi oleh ligan yang ada. Ikatan antara atom pusat dengan ligan-ligan merupakan ikatan kovalen koordinasi dengan semua elektron yang digunakan untuk membentuk ikatan berasal dari ligan-ligan (Effendy,2006). Ikatan  kovalen koordinasi merupakan ikatan kimia yang terjadi akibat pemakaian pasangan elektron secara bersama-sama oleh dua atom yang berikatan dimana setiap atom menyumbangkan satu elektron atau ikatan kimia yang terbentuk diantara dau atom yang sama-sama ingin menangkap elektron untuk membentuk suatu molekul (Saputro,2015).
Kobalt ( Co) merupakan unsur yang termasuk logam transisi. Kobalt dapat membentuk dua ion yaitu Co(II) susunan d7 dan Co(III) susunan d6. Kompleks Co(III) mempunyai struktur oktahedral Ls, kemudian kompleks Co(II) mempunyai struktur berubah – ubah dan bersifat Hs. Kobalt adalah logam abu – abu, besifat magnetik, melebur pada 1490˚C (Vogel, 1990).
Merkuri (II), Hg2+ apabila direaksikan dengan tiosianat bersama Co2+ akan menghasilkan senyawa kompleks kobalt tetratiosianat merkuri (II) berwarna biru. Ion Hg(II) lebih menyukai ujung S dari tiosianat sehingga terbentuk kompleks kobalt tetratiosianat merkuri (II) sebagai kompleks inti ganda berstruktur ruang tiga dimensi. Kompleks inti ganda sedikit larut dalam pelarut air dan pelarut lain yang bersifat polar (Sukardjo, 1992). Ion Hg2+ lebih menyukai ujung S sedangkan ion Co2+ lebih menyukai ujun N dari tiosianat. Berikut ini kompleks yang terbentuk :
NCS
SCN ─ Co                               Hg ─ SCN
NCS
N – tiosianato Kobalt (II) – ditiosianato merkuri (II) S tiosianato
(Cotton dan Wilkinson, 1989).





IV. METODOLOGI PERCOBAAN
            IV.1 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada pecobaam pembuatan senyawa kompleks inti ganda yaitu gelas beker, corong, batang pengaduk, dan gelas ukur.
Bahan – bahan kimia yang digunakan antara lain Hg(NO3)2 , KCNS, CoCl2.2H2O , dan alcohol absolute.
           
            IV. 2 Prosedur Percobaan
1.      Sebanyak 0,34 gram Hg(NO3)2 ditimbang kemudian dilarutkan dalam 10 mL akuades , ditandai sebagai larutan I.
2.      Kalium Tiosianat sebanyak 0,39 gram ditimbang kemudian dilarutkan dalam 25 mL akuades, ditandai sebagai larutan II.
3.      Sebanyak 0,17 gram CoCl2.2H2O ditimbang dan dilarutkan dalam 20 mL akuades, ditandai sebagai larutan III.
4.      Larutan II dimasukkan kedalam larutan I sedikit demi sedikit samnbil diaduk ssampai endapan larut.
5.      Larutan III ditambahkan ke dalam campuran tadi sedikit demi sedikit sampai terbentuk endapan.
6.      Endapan yang terbentuk disaring dan dicuci dengan akuades, kemudian dicuci lagi dengan alcohol absolute,
7.      Endapan dikeringkan di udara terbuka lalu ditimbang.
8.      Rendemen dihitung.

IV. 3 Skema Kerja
            Terlampir









V. HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Data Pengamatan
Perlakuan
Pengamatan
1.      Sebanyak 0,34 g Hg(NO)3 ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL aquades (Larutan I).
2.      Sebanyak 0,39 g KCNS ditimbang dan dilarutkan dlama 25 mL aquades (Larutan II).
3.      Sebanyak 0,17 g CoCl2.6H2O ditimbang dan dilarutkan dalam 20 mL aquades (Larutan III).
4.      Larutan II dimasukkan ke larutan I sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga endapan larut.
5.      Larutan III dimasukkan ke dalam larutan campuran tadi.
6.      Diaduk dan disaring.

7.      Endapan dicuci dengan aquades kemudian lagi dengan alkohol absolut.
8.      Dikeringkan dalam oven dan ditimbang.
Massa = 0,34 g (duplo)
Larutan tidak berwarna.

Massa = 0,39 g (duplo)
Larutan tidak berwarna.

Massa = 0,17 g (duplo)
Larutan berwarna merah muda.

Larutan tidak berwarna.


Larutan berwarna biru muda
Endapan biru tua.
M kertas saring 1 = 0,37 g
M kertas saring 2 = 0,36 g
Endapan berwarna biru tua.


M1 = 0,30 g
M2 = 0,30 g

V.2 Data Perhitungan
1.      Berat Endapan
Berat endapan 1 = [Co(NCS)2][Hg(SCN)] = 0,30 g.
Berat endapan 2 = [Co(NCS)2][Hg(SCN)] = 0,30 g.

2.      Mol masing-masing senyawa
a.       Mol Hg(NO3)2     n =  =  = 0,001 mol
b.      Mol KCNS     n =  =  = 0,004 mol
c.       Mol CoCl2.6H2O         n =  =  = 0,0007 mol








3.      Reaksi
Hg(NO3)2 + 4 KCNS + CoCl2.6H2O             [Co(NCS)2][Hg(SCN)]
            M         0,001               0,016               0,0007                         -
            R         0,0007             0,0028             0,0007                         0,0007
            S          0,0003             0,0132             0                                  0,0007

4. Massa Teoritis
            Massa [Co (NCS)2] [Hg(SCN)2]        =  mol x mr
                                                                        = 0,0007 x 491,523
                                                                        = 0,344 gram
5. Rendemen
a)      Endapan 1
% Rendemen    =   . 100%
                              =  . 100%
                              = 87,2%
b)      Endapan 2
% Rendemen   =   . 100%
                            =  . 100%
                            = 87,2%




V.3  PEMBAHASAN
            Senyawa kompleks dikenal sebagai kompleks koordinasi, senyawa kompleks, atau hanya disebut kompleks. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang memiliki ciri penting yaitu adanya ikatan koordinasi yang terbentuk antara pasangan elektron bebas yang dikenal sebagai ligan dan akseptor pasangan elektron yang dapat berupa atom atau ion logam (House, 2008). Atom logam atau ion logam dalam senyawakompleks berfungsi sebagai atom pusat yang dikelilingi ligan yang ada. Ikatan koordinasinya terjalin atara atom pusat dari ligan ligan (Effendy, 2006).
            Senyawa kompleks melarutkan asam dan basa lewis. Ion atau atom pusat penerima pasangan elektron bebas yang disumbangkan oleh ligan disebut asam lewis. Ligan mempunyai paling sedikit sepasang elektron bebas yang disumbangkan kepada ion atau atom pusat. Oleh karena itu, ligan merupakan basa lewis. Reaksi asam-basa lewis daat dituliskan sebagai berikut (House,2008) :
A    +     :B                 A : B
                                                   Asam       basa              Senyawa kovalen koordinasi
(House, 2008)

            Ligan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan  jumlah donor pasangan elekton yang dimilikinya, kelompok tersebut yaitu:
1.      Ligan monodentat
Ligan ini hanya  satu donor pasangan elektron. Contohnya yaitu H2O, NH3 dan CO.
2.      Ligan bidentat
Ligan kompleks ini memiliki dua donor pasangan elekton. Biasanya berupa senyawa netral atau anion. Seperti oksalat, karboksilat, ion glisinat dan lain lain.
3.      Ligan polidentat
Kompleks ligan ini mmpunyai lebih  dari dua donor pasangan elektron. Ligan polidentat dinamakan dengan nama lain tergantung pada jumlah donor pasangan elektron yang disumbangkan , contohnya yaitu tridentat, tetradentat, pentadentat, dan heksadentat                                                                                                (Effendy, 2007)
Senyawa kompleks inti ganda (polymer complexes) merupakan senyawa kompleks yang mempunyai ion pusat lebih dari satu dan antara ion pusat yang satu dengan ion pusat yang lain dihubungkan oleh ligan gugus jembatan. Senyawa kompleks tunggal digunakan untuk pembuatan senyawa inti ganda, yaitu dengan mengganti satu atau lebih ligan dengan gugus jembatan dan menggabungkan dengan senyawa kompleks yang lain dan inti tunggal pula (Balzani dkk, 1996). Senyawa kompleks berinti ganda banyak dikembangkan sebagai material magnetik. Hal ini didukung oleh sifat kemagnetannya yang terbukti lebih baik jika dibandingkan dengan senyawa kompleks berinti satu (Christianti, 2012).
Pada percobaan praktikum kali ini, dibuat senyawa kompleks inti ganda dengan ligan jembatan tiosianat menggunakan kompleks tunggal Hg(NO3)2 dan CoCl2.6H2O. Ligan pada kedua kompleks tersebut nantinya akan tergantikan oleh tiosianat, kemudian terbentuk kompleks inti ganda dengan Hg dan Co sebagai inti atau aom pusat. Menurut Sukardjo (1983), ion Co (II) dan Hg (II) dapat bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks kobalt tetratiosianat merkuri (II) berwarna biru. Dimana kompleks inti ganda ini sedikit larut dalam pelarut air maupun pelarut lain yang bersifat polar.
Percobaan diawali dengan menimbang sebanyak 0,34 gram Hg(NO3)2 kemudian dilarutkan dalam 10 mL aquades. Larutan yang dihasilkan adalah larutan tidak berwarna, lalu larutan ini disebut sebagai larutan I. Selanjutnya sebanyak 0,39 gram KSCN ditimbang dan dilarutkan dalam 25 mL aquades. Larutan yang dihasilkan tidak berwarna, larutan ini disebut sebagai larutan II. Kemudian untuk larutan III dibuat dengan 0,17 gram CoCl2.6H2O yang dilarutkan dalam 20 mL aquades. Larutan yang dihasilkan berwarna merah muda. CoCl2 dalam bentuk garam berwarna biru, sedangkan untuk CoCl2.2H2O akan berwarna violet. CoCl2.6H2O memiliki warna yang berbeda yaitu merah muda sampai ungu. Perbedaan warna larutan kompleks dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah ligan yang ada dan mengelilingi atom pusat. Hg(NO3)2 merupakan senyawa kompleks tunggal begitu juga CoCl2.6H2O. Senyawa Hg(NO3)2 tidak berwarna sedangkan CoCl2.6H2O berwarna. Pada senyawa kompleks yang berwarna warna ditimbulkan oleh adanya absorpsi di daerah sinar tampak oleh elektron yan dieksitasi oleh cahaya tampak dari tingkat energi orbital molekul kompleks yang diisi elektron ke tingkat energi yang kosong. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori medan kristal, ikatan anatara atom pusat dengan ligan dalam senyawa kompleks merupakan ikatan ion, sehingga gaya-gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik. Berikut ini warna larutan yang terjadi:
Gambar 5.3.1 warna larutan I, II, dan III
           
            Berdasarkan gambar terlihat bahwa larutan I dan II tidak berwarna dan larutan III berwarna merah muda. Perbedaan warna kompleks ini seperti yang telah dibahas tadi dapat terjadi karena perbedaan tingkat energi yang terjadi. Pelarutan dengan aquades bertujuan untuk melarutkan senyawa kompleks sehingga senyawa tersebut dapat terturai menjadi ion-ion dalam larutan. Menurut Petrucci (1993), beberapa garam kompleks dapat dikristalkan dari larutan dan kristal ionnya membentuk hidrat. Pada beberapa kasus, molekul air merupakan ligan yang terikat langsung dalam logam. Kemampuan lain untuk membentuk hidrat adalah  molekul air dapat bergabung dalam posisi tertentu pada kristal padat tetapi tidak berhubungan dengan anion tertentu. Berikut ini reaksi yang terjadi saat larutan (Vogel, 1990) :
Hg (NO3)2 + H2O à Hg2+ + NO3-
KSCN + H2O à K+ + SCN-
COCl2.6H2O + H2O à CO2+ + Cl-
Perubahan dilanjutkan dengan memasukkan larutan II ke larutan I sedikit demi sedikit. Larutan terus diaduk hingga endapan yang muncul hilang lagi. Endapan yang muncul dan hilang lagi disebabkan oleh peristiwa eksitasi elektron pada tingkat energi yang berbeda. Larutan akan mengendap ketika proses (adanya endapan merupakan salah satu ciri senyawa komplek) kemudian setelah tercapai keadaan stabil, endapan akan hilang. Menurut Vogel (1990), bila tiosianat ditambahkan ke Merkurium (II) tiosinat yang bersifat mudah larut akan terjadi reaksi.
Hg2+ + 2SCN- à Hg(SCN)2↓
                                                            (Vogel, 1990)
Langkah selanjutnya yaitu larutan III dicampurkan kedalam larutan I dan II yang telah bercampur tadi sampai terbentuk endapan. Hasil yagn diperoleh yaitu larutan dengan endapan berwarna biru. Menurut Vogel (1990), dengan menambahkan beberapa ammonium tiosianat dengan larutan kobalt (II) yang netral atau asam, maka akan muncul warna biru karena terbentuknya ion tetratiosianat kobalt (II). Berikut ini gambar larutan yang dihasilkan :
IMG-20171017-WA0011
Gambar 5.3.2. larutan warna biru hasil penambahan
            Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa larutan tidak berwarna dengan disertai endapan berwarna biru. Larutan campuran I dan II membentuk [Hg(SCN)4]2- yang ketika ditambahkan larutan III akan terikat padanya ion Co2+ pada larutan III. Berikut ini reaksi yang terjadi :
[Hg(SCN)4]2- + Co2+ -------> [CoHg(SCN)4]
(Vogel, 1990)
            Larutan tadi kemudian disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan endapan dan filtratnya. Kemudian endapan dicuci dengan akuades dan dicuci lagi dengan alkohol absolut. Pencucian sendiri bertujuan untuk menghilangkan pengotor, serta mengikat ligan-ligan yang tidak membentuk kompleks seperti H2O, N03-, Cl (Vogel, 1990). Endapan yang terbentuk ini merupakan endapan yang sedikit larut pada pelarut air maupun perlarut polar lainnya. Sehingga pencucian akan melarutkan dan membawa senyawa lain yang tidak membentuk kompleks. Pada pencucian kedua dengan alkohol absolut, ditujukan untuk mengikat H2O yang ada. Langkah selanjutnya yaitu mengeringkan endapan yang telah dicuci didalam oven hingga benar-benar kering. Berkut ini gambar dari endapan senyawa kompleks hasil percobaan yang telah dikeringkan.








Gambar 5.3.3. Endapan Senyawa Kompleks [Co(NCS)2.Hg(SCN)2]

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa endapan kering yang dihasilkan berwarna biru. Endapan inilah yang merupakan senyawa kompleks inti ganda hasil percobaan. Endapan selajutnya ditimbang. Setelah ditimbang, diperoleh berat endapan sebesar 0,30 gram. Berat dari kedua endapan hasil percobaan sama. Kemudian dihitung nilai rendemen yang diperoleh. Hasil perhitungan % rendemen yang didapat yaitu sebesar 87,2 %. Menurut referensi, nilai rendemen yang baik adalah mendekati 100 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perolehan rendemen sehingga tidak maksimal antara lain sebagai berikut (Sykes, 1990):
1.      Jumlah pereaksi yang digunakan sedikit.
2.      Pengadukan yang dilakukan pada saat pencampuran larutan kurang sempurna.
3.      Proses pengeringan yang kurang sempurna.

Kompleks yang terbentuk yaitu kompleks tisianato kobalt N-N ditiosianati S merkuri tiosianato atau dapat ditulis sebagai [Co(NCS)2.Hg(SCN)2]. Ion Hg(II) dan ion Co(II) sebagai inti dihubungkan oleh ligan jembatan tiosianat. Ion Hg(II) bersumber dari kompleks Hg(NO3)2, ion Co(II) bersumber dari kompleks CoCl2.6H2O, sedangkan ion tiosianat bersumber dari KSCN. Pada pembuatan kompleks inti ganda ini terjadi penggantian ligan dari kompleks tunggal yang dijadikan sebagai sumber atom pusat. NO3- pada kompleks tunggal pertama dan ligan H2O pada kompleks kedua berturut-turut digantikan posisinya oleh ligan jembatan tiosianat. Pencampuran larutan tidak boleh terbalik agar kompleks yang didapat sesuai dengan keinginan. Hal ini karena sifat dari kedua ion logam pusat yang digunakan berbeda. Apabila urutan dibalik, maka kompleks yang terbentuk akan berbeda pula. Ion Hg(II) lebih menyukai ujung S sedangkan ion Co(II) merupakan atom yang berada pada borderline sehingga dapat terikat pada ujung N maupun ujung S dari SCN karena sifatnya yang setengah keras dan setengah lunak. Hg2+ merupakan asam lunak yang akan terikat pada ujung S yang juga bersifat lunak. Sedangkan Co2+ lebih kuat, apabila Co2+ direaksikan terlebih dahulu, ia dapat terikat pada ujung S yang seharusnya menjadi tempat terikat Hg. Akibatnya  Hg2+ ion tidak mau mengikat ligan SCN-. Hasil senyawa kompleks inti ganda yang terbentuk pada percobaan ini mempunyai struktur ruang tiga dimensi. Berikut ini gambar struktur kompleks tersebut :

NCS
SCN – CO                                           Hg - SCN
NCS
Gambar 5.3.4 Senyawa Kompleks inti ganda Tiosianato – N – Kobalt (II) – N – Ditiosianato – Merkuri (II) – S – Tiosianato
( Cotton dan Wilkinson, 1989 )
            Kompleks yang terbentuk antara ion Hg2+ dan Co2+ dengan ligan tiosianat adalah kompleks tetrahedral, dimana ion Hg (II) lebih menyukai ujung S dan ion kobalt (II) lebih menyukai ujung N dari ligan tiosianat. Peristiwa ini dapat dijelaskan dengan teori asam basa keras dan asam basa lunak. Ion Hg2+ merupakan suatu asam lunak. Asam keras merupakan suatu atom atau ion yang memiliki muatan positif rendah, ukuran besar, dan beberapa electron terluarnya mudah berikatan dengan basa keras, sedangkan asam lunak cenderrung akan berikatan dengan basa lunak. Karena ion Hg2+ merupakan asam lunak, maka ia akan lebih suka berikatan dengan sisi yang lunak ( basa lunak ) pada tiosianat, yaitu sisi S. Suatu basa lunak merupakan atom donor dengan keterkutuban rendah, elektronegativitas tinggi, sulit untuk direduksikan dan dikaitkan dengan orbital kosong pada tingkat energy ( Day dan Underwood, 1993 ).
            Atom S berikatan tunggal dengan atom C pada tiosianat sehingga atom S akan lebih mudah memberikan elektronnya kepada Hg2+ . Atom N lebih sukar untuk mendonorkan pasangan electron bebasnya untuk membentuk ikatan kovalen dengan Hg2+ Karen atom N rangkap dengan atom C pada tiosianat. Kemudian ion Co2+ berada pada borderline memiliki sifat asam yang keras dari Hg2+. Oleh karena itu, ia lebih suka dengan ujung N dari tiosianat yang sukar mendonorkan electron ( Day dan Underwood, 1993 ).
            Hampir semua senyawa kompleks mempunyai warna tertentu. Hal ini disebabkan oleh ligan-ligan pada senyawa kompleks yang berikatan dengan atom pusat menyebabkan terjadinya splitting atau pemecahan orbital d dari atom pusat. Splitting ini tergantung pada kekuatan medan ligan. Jika ligan yang mendekati atom pusat termasuk medan ligan lemah, maka terjadi pemecahan high spin. SCN sebagai ligan dalam kompleks inti ganda pada praktikum ini termasuk dalam ligan medan kuat sehingga pemecahan low spin dengan energy antara orbilat  dan eg (Δt) besar . hal ini menyebabkan electron lebih suka berpasangan terlebih dahulu dalam pengisian electron, karena energy berpasangan lebih kecil dari orbital  ke orbital eg (Δ>p>). Ketika terjadi transisi electron dari  ke eg diperlukan energy yang cukupn besar dengan menyerap energy radiasi pada cahaya tampak, hal ini menyebabkan senyawa kompleks berwarna (sukardjo, 1999).
            Selain berwarna pada umumnya, senyawa kompleksbiasanya mengendap kompleks mengandung ion-ion yang apabila diuraikan menjadi ion pembangun senyawa kompleks tersebut. Factor- factor yang mempengaruhi besarnya kelarutan senyawa ionic, yaitu:
1.      Temperature
2.      Sifat pelarut
3.      Efek ion sejenis
4.      Pengaruh pH
5.      Pengaruh Hidrolisis
6.      Pengaruh koordinasi
7.      Jari- jari atom
8.      Titik lebur
9.      Kekuatan polaritas
10.  Kekuatan ionic
(Khopkar, 2002)
            Aplikasi dari senyawa sangat beragam. Di industry senyawa kompleks digunakan untuk pemisahan logam dan bijihnya. Kemudian pada bidang kesehatansenyawa kompleks digunakan untuk penggantian magnetic resonance Imaging(MRI) yang dapat memperjelas visualisasi jaringan tubuh manusia. Aplikasi yang paling mutakhir akhir-akhir ini yaitu penggunaan senyawa kompleks sebagai material magnetic, utamanya yang baik digunakan adalah senyawa kompleks ini ganda, hal ini bersifat kemagnetannya yang lebih baik dibanding senyawa kompleks berinti 1 . penggunaan senyawa kompleks untuk material magnetic, antara lain:
1.      Media perekaman magnetic
2.      Peralatan medis
3.      Tinta cetak
4.      Sensor free standing this films pada epitaxial film
                                                                                                            (Christianti,2012).




VI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa senyawa kompleks merupakan senyawa yang terdiri atas atom pusat yang umumnya logam dan ion atau molekul yang mengelilinginya sebagai ligan. Senyawa kompleks inti gnda adalah senyawa kompleks yang memiliki dua atom pusata atau lebih yang dihubungkan oleh ligan jembatan. Senyawa kompleks inti ganda dapat dibuat dari senyawa kompleks inti tunggal yang diganti ligannya dengan ligan jembatan kemudian direaksikan dengan senyawa kompleks inti tunggal lainnya. Hal ini bisa dilakukan dengan reaksi bertahap. Pada praktikum ini dibuat senyawa kompleks inti ganda dengan sumber atom pusat Hg(NO3)2 dan CoCl2.6H2O dengan SCN sebagai ligan jembatan. Senyawa kompleks yang terbentuk yaitu [Co(NCS)2.Hg(SCN)2]. Endapan senyawa kompleks yang dihasilkan yaitu sebesar 0.30 gram. Nilai % rendemen pembuatan senyawa kompleks inti ganda ini yaitu sebesar 87,2%.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M.N, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah, Erlangga, Jakarta.
Balzani, V., Juris A., Venturi M., 1996, Luminescent and Redo x-Active Polynuclear Transition Metal Complexes, Chem Rev, 759-833.
Christranti, Natalia Dwi, 2012, Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Snyawa Kompleks Inti Ganda Nikel (II) dengan 2,2 Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat, Skripsi, FST Universitas Airlangga, Surabaya.
Cotton dan Wilkinson, 1989, Kimia Analitik Dasar, UI-Press, Jakarta.
Day, F.A dan J. Selbin, 1993, Kimia Anorganik Teori, USM-Press, Yogyakarta.
Effendy, 2007, Perspektif Baru Kimia Koordinasi Jilid I, Bayumedia, Malang.
House, J.E., 2008, Inorganic Chemistry, Elsevier.Inc, London.
Khopkar, S.M., 2002, Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi ke-6, UI-Press, Jakarta.
Petrucci, Ralph. H., 1993, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.
Robinson, W.J., Frame, E. MS., Frame II G.M., 2005, Undergraduate Instrumental Analysis 6th Edition, Marcel Dekker, New York.
Saputro, Agung N.C., 2015, Konsep Dasar Kimia Koordinasi, Deepublish, Yogyakarta.
Sukardjo, 1992, Kimia Koordinasi, PT. Bina Aksara, Jakarta.
Sykes, P., 1989, Penentuan Mekanisme Reaksi Kimia Organik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.




LAMPIRAN
3.3 Skema Kerja
a. Pembuatan Larutan
 


















·         Dimassukan sedikit demi sedikit larutan 2 ke dalam larutan 1
·         Diaduk sampai endapan larut
 
Text Box: Larutan 1

0,17 gram CoCl2.H2O
Text Box: Larutan 2b. Pembuatan Senyawa Kompleks Inti Ganda

 


LAMPIRAN
Jawaban Pertanyaan
1.      Kemungkinan susunan atom di dalam suatu unit sel isomeric dari senyawa yang mengandung satu unit Co, satu unit Hg, dan 4 unit SCN yaitu ujung S pada ioh Hg dan ujung N pada ion Co sehingga susunannya [Co(NCS)2Hg(SCN)2]
2.      Perkiraan rumus struktur bisa digambarkan sebagai berikut:

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

Tradisi